Moto

Selasa, 08 September 2009

Mery Paijo: Ada Keyakinan Diri

DIBANDINGKAN dengan adiknya, Afriana Paijo, Mery Paijo bisa dibilang 'terlambat' berprestasi. Mery 'baru ditemukan' ketika usianya sudah di atas 15 tahun. Beda dengan Afriana Paijo yang sudah memiliki prestasi nasional ketika masih duduk di bangku SMP.


Tapi, mengapa kita harus membedakan Mery dan Afriana? Keduanya adalah kakak beradik yang sudah menunjukan kepada Indonesia, bahwa atletik NTT tidak pernah kehilangan atlet berbakat. Keduanya sama-sama memiliki reputasi nasional dan internasional. Keduanya menguasai nomor lari 5.000 meter pada Kejurnas Atletik Senior, bulan lalu. Afriana merebut medali emas, sedangkan Mery, perak. Mungkin yang belum dicapai Afriana adalah merebut medali di PON. Mery, pada PON XVII 2008 lalu, berhasil merebut medali perunggu nomor lari 10.000 meter.

Bagi Mery, mahasiswa Unkris Kupang ini, langkahnya untuk menjadi juara di event yang lebih tinggi masih panjang. Usianya yang baru 22 tahun, membuatnya masih memiliki keyakinan kalau tahun-tahun ke depan adalah tahun prestasi. Tak heran kalau dia terlihat sangat disiplin berlatih.

Saban hari, pagi maupun petang, Mery terus terlihat berlari di lintasan Stadion Oepoi, Kupang. Dengan ataupun tanpa pelatih, Mery terus tekun berlatih. Dia rupanya sadar, seorang atlet atletik sebagai cabang olahraga terukur tidak boleh berhenti berlatih, kalau tidak ingin disalip atlet lainnya.

"Saya akan berusaha agar bisa meraih prestasi yang lebih tinggi. Saya minta dukungan doa dan motivasi agar tidak bosan berlatih, tapi terus meningkatkan prestasi," kata Mery.

Mery memang sempat kecewa ketika pada PON XVII 2008 lalu, hanya bisa menempuh 3.000 meter dalam lomba nomor lari marathon. Mery yang terkena demam sehari sebelumnya, terpaksa tidak bisa melanjutkan lomba. Akibatnya, saingan utamanya, Fery Subnafeu, atlet pindahan NTT ke Kalimantan Timur ini tak bisa disaingi lawannya. Padahal, Mery sudah diunggulkan untuk merebut medali di nomor ini.

"Satu kelemahan yang masih kami pikirkan solusinya adalah keberadaan mantan-mantan atlet PPLP seperti Mery, Yanto dkk. Setelah tamat dari PPLP, mereka hanya bisa berlatih sendirian di bawah koorinasi pengprop. Padahal, kalau ada semacam PPLD atau PPLM, saya yakin prestasi mereka akan cepat terdongkrak," kata Kabid Keolahragaan Dinas PPO NTT, Drs. Ary Moelyadi, M.Pd.

Mery memang berharap agar dia bisa berprestasi hingga tingkat internasional. Paling tidak, dengan prestasinya merebut medali emas di Kejurnas Atletik Senior akhir bulan lalu, dia kini sudah dilirik PB PASI untuk dipanggil ke Pelatnas SEA Games. Kalaupun tidak, Mery masih yakin kalau suatu saat dia masih akan dipilih mewakili Indonesia di kejuaraan multievent tingkat dunia.

Satu kelebihan yang dimiliki Mery adalah tekad untuk berkembang. Mahasiswa jurusan olahraga FKIP Unkris Kupang ini yakin, dengan tekad kuat dan disiplin tinggi, prestasi akan mudah diraih. Mery masih ingin mengayunkan langkahnya menggapai prestasi. Waktunya masih panjang. Namun, kalau dia tidak terus didampingi untuk dibimbing, Mery bisa saja salah melangkah. (ana)


Data Diri

Nama : Mery Mariana Paijo
Lahir : Kupang, 6 Mei 1987
Tinggi / Berat :154 cm / 46 Kg
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Mahasiswa UKAW Kupang
Alamat : Jl. W. J. Lalamentik Asrama Atlet, Oepoi-Kupang
Prestasi: Hongkong Marathon 2008 (peringkat II) Malang Marathon 2007 (peringkat V), Pra PON XVII 2008, nomor 5.000 m (perunggu), Kejurnas Yunior 2005, nomor 800 m (emas), kejurnas yunior 2006, nomor 3.000 m (emas). PON XVII (perunggu 10.000 m) Emas Kejurnas Senior 2009 (10.000m dan perak 5.000 m)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar