Moto

Selasa, 08 September 2009

Tinju Membanggakan NTT

Oleh Rony Fernandez 

DIGELARNYA
kejuaraan tinju antar-PPLP di Kupang, memiliki nuansa yang beda bagi dunia tinju NTT. Karel Muskanan, bukan seorang pejabat terkenal sehingga ketika kontingen peserta kejuaraan ini langsung mengenal dia ketika turun di Bandara El Tari Kupang. Sapaan persahabatan bernuansa kebanggaan membuat terhadap Karel bukan sekadar karena dia sebagai tuan rumah, tapi karena prestasinya.

Karel Muskanan, Deni Hitarihun, Yanto Fallo, Atris Neolaka, Robinson Djo atau Andreas Buitbesy dan Pieter Hari yang saat ini memperkuat Lampung adalah jebolan PPLP NTT yang memiliki nama besar di tinju Indonesia. Karela disapa bukan karena dia menjadi panitia turnamen, tapi mereka merasa bangga karena bisa bertemu dengan seniornya yang juga adalah jebolan PPLP.


Prestasi tinju PPLP NTT boleh dibilang sangat membanggakan. Sumbangannya untuk KONI dan Pertina NTT dalam berbagai event nasional cukup banyak. Karel, Deni, Yanto, Atris dan lainnya adalah andalan untuk mendulang medali. Artinya, kebanggaan prestasi yang sudah dimiliki NTT harus dimaknai sebagai sesuatu pesan bahwa itu harus terus berlanjut.

Ketika Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si, menegaskan bahwa prestasi tinju Indonesia harus diawali dari NTT, event kejurnas ini harus menjadi momentnya. Ketika Rony Fernandez dkk berusaha agar turnamen bisa terlaksana dengan sukses, John Banabera dan Richard Muskanan juga harus memiliki optimisme dan target untuk berprestasi. Jhon dan Richard memang tidak mau muluk-muluk, karena dia sudah tahu peta kekuatan. Mereka akhirnya bisa membuktinya dengan menjadi juara umum.

Dari kejuaraan ini, kegelisahan mantan petinju terbaik Indonesia, Johni Asadoma tentang minimnya atlet pelapis tinju NTT harus terjawab. Novri Mella dkk sudah menunjukan kualitas dirinya. Mereka memberi bukti bahwa latihan berat yang diberikan John Banabera dan Richard Muskanan bukan mengada-ada. Mereka sudah merasakannya. Mereka tahu, bagaimana akibat dari latihan yang serius dan sekadarnya saja. Saat mereka ngos-ngosan kehabisan napas di atas ring, di situ mereka sadar bahwa latihan yang mereka lakukan masih kurang.

Menjadi juara umum, bukan berarti NTT sudah sempurna. Setelah ini, masih banyak yang harus dibenahi. Teknik memukul, menghindar dan mengelak masih harus dibenahi. Stamina dan kekuatan fisik masih menjadi problem. Sadar akan hal ini, program latihan yang sudah ada harus terus dilakukan. 

Kepada para atlet, harus terus diberi motivasi bahwa tinju sudah membuat NTT mendunia. Tinju telah membuat Johni Asadoma, Hermensen Ballo, Richard Muskanan, Nelson Oil, Karel Muskanan dan lainnya terkenal seantero Indonesia bahkan dunia. Artinya, kalau mau menjadi juara di level kejuaraan yang lebih tinggi, medali emas kejurnas antar-PPLP ini hanya sebagai motivasi awal. Jadikan ini batu loncatan untuk menguasai tinju Indonesia, bahkan kalau bisa tinju dunia.

Selamat kepada para juara. Untuk yang belum berhasil, berlatihlah lebih keras. Nama kalian sudah diukir dalam sejarah prestasi tinju NTT. Mau lebih bagus, latihan lebih disiplin, dan jangan menuntut lebih, kalau belum bisa berprestasi. **
Selengkapnya...

NTT Juga Bisa

NASIB Tak Tentu (NTT) dan Nanti Tuhan Tolong (NTT) yang sering diocehkan orang luar NTT tentang kondisi NTT sedikit demi sedikit mulai luntur. NTT bukan seperti yang dulu lagi. NTT sudah mulai "merias dan menata wajahnya" sehingga mulai disenangi seluruh penggila cinta di bumi nusantara ini. 

Memang melihat NTT dari berbagai bidang kegiatan, sangat terasa perubahannya. Namun yang sangat mencolok adalah perubahan di bidang prestasi olahraga. Untuk bidang yang satu ini. NTT pantas diperhitungkan dengan daerah lain yang menjadi lumbung prestasi olahraga nasional. 


Beberapa cabang olahraga yang selalu mengharumkan nama NTT, seperti atletik, tinju, kempo dan taekwondo terus memberikan aroma harum untuk Bumi Flobamora ini. 

Khusus untuk atletik, tinju dan kempo, memang pantas untuk diberi jempol. Prestasi yang diraih cabang ini sangat luar biasa. Atletik, saat ini lewat Afriana Paijo dan Mery Paijo, sudah membuat NTT sangat disegani diberbagai level kejuaraan atletik baik nasional maupun internasional. Begitu juga tinju dengan Hermensen Ballo, Yanto Fallo dan Deni Hitarihun dan kempo yang terus menambah prestasinya.  

Untuk saat ini kiprah NTT bukan hanya mampu mencetak atlet-atlet berprestasi saja, namun bisa menjadi tuan rumah sebuah event berkelas nasional. 

Dipercaya menjadi tuan rumah Kejurnas Tinju antar-PPLP se- Indonesia dan antar Sasana se-Nusra memperebutkan Piala Kemenegpora Cup II tahun 2009, Propinsi NTT tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Sebagai tuan rumah NTT bertekad menjadi tuan rumah yang baik dan sebagai peserta NTT tidak mau malu di kandang sendiri. 

Hasilnya sungguh luar biasa. NTT bisa menghasilkan dua tropy sekaligus, yakni sebagai juara umum Kejurnas Tinju antar PPLP se Indonesia dan sebagai tuan rumah yang mampu meneteskan air mata sepuluh kontingen peserta Kejurnas Tinju Antar-PPLP se-Indonesia, saat meninggalkan NTT.

Benar kata Om Apolos, Ketua Kontingen Papua. "Saya bangga dan terharu, dan selama saya ikut berbagai kegiatan Tinju di seluruh Indonesia, baru di Propinsi NTT yang benar-benar menjadi tuan rumah yang luar biasa. Setelah saya pulang nanti saya akan bilang, kalau mau berbuat kejuaraan apapun di Papua bisa tiru NTT."

Apa yang om Apolos bilang memang benar adanya. Ternyata, NTT melalui Bidang keolahragaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dinas PPO) sudah membuktikan bahwa kita NTT juga bisa berbuat sesuatu yang selevel nasional .NTT bukan hanya nasib tak rentu saja, namun NTT sudah menjadi Nyata Teruji dan Terbukti. 

Mengutip pernyatan Kabid Keolahragaan Dinas PPO NTT, Drs Ary Moelyadi, M.Pd, apa yang sudah dipersembahkan NTT, bukan hasil kerja satu orang saja, namun semua tangan yang bekerja. Kalau kita terus bersama, kompak dan sehati sesuara, kita pasti bisa berbuat apa saja, baik level NTT maupun level nasional, karena NTT juga bisa. **


Selengkapnya...

Cemerlangnya Paijo Bersaudara

DUA kaka beradik, srikandi atletik NTT, Mery dan Afriana Paijo memetik hasil spektakuler dalam kejuaraan nasional (kejurnas) atlet senior yang digelar di Stadion Madya Jakarta, akhir bulan Juli lalu. Tampil cemerlang, keduanya membawa pulang tiga medali emas dan satu medali perunggu.


Kesuksesan kedua pelari ini memang patut diacungi jempol. Nomor lari 5.000 meter putri, dikuasai keduanya. Afriana masuk finish pertama dengan catatan waktu 18:26,95 detik. Kakak kandung Afriana, Mery Paijo, merebut medali perak setelah masuk finish di posisi kedua dengan catatan waktu 18:37,21 detik. 

Pada lomba di nomor 10.000 meter putri, Merry Paijo tampil tercepat dengan catatan waktu 38 menit 42,93 detik. Mery yang mengomentari hasil tersebut mengatakan, meski belum menyamai rekornas, namun masuk finish paling depan adalah prestasi yang cukup membanggakan. 

Di nomor 1.500 meter putri, Afriana Paijo yang sedang berada di Pelatnas PB PASI, menjadi yang terbaik. Afriana mencatat waktu tercepat, 4.57.30 detik. Dengan demikian, Afriana membawa pulang dua medali emas sedangkan Mery satu emas dan satu perak.

Mery Paijo, mengaku hasil ini membuatnya merasa puas. Dia mengakui, meski catatan waktunya masih jauh dari rekor nasional, namun meraih medali dalam kejuaraan senior seperti ini adalah prestasi yang membanggakan. "Saya sangat bangga bisa meraih prestasi di Kejurnas Senior ini. Mudah-mudahan ke depan, saya bisa memberikan prestasi yang lebih tinggi bagi NTT maupun Indonesia," kata Mery.

Administrator Pengprop PASI NTT, Eduard Setty dan Kepala Bidang Keolahragaan Dinas PPO NTT, Drs. Ary Moelyadi, M.Pd, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Keduanya, mengatakan, hasil ini merupakan cerminan kalau atletik NTT masih diperhitungkan di 
tingkat nasional. "Hasil ini akan dievaluasi terutama untuk atlet putra. Untuk putra, harus diakui kalau atlet pelapis kita masih sangat lemah. Harus ada strategi untuk mengatasi masalah ini," kata Ary.

"Meraih medali emas adalah prestasi yang sangat luar biasa. Hasil ini menunjukan bahwa kualitas atlet atletik NTT tidak kalah dengan daerah lainnya. Mari kita bersama-sama terus mendukung mereka, agar terus berlatih dengan disiplin untuk meraih medali di event-event lainnya," kata Setty.

Harapan baru kini mulai muncul dari prestasi Paijo bersaudara ini. Setelah tidak pernah mengirim atletnya ke SEA Games sejak tahun 2005, NTT kini memiliki harapan agar Afriana dan Mery dipilih PB PASI. Ada harapan, nama NTT dan prestasinya di cabang atletik terus diperhitungkan dan menjadi satu kebanggaan Indonesia yang tak pernah pudar. (rudy)
Selengkapnya...

Takraw PPLP NTT Rebut Perunggu di Pontianak

KONTINGEN NTT akhirnya berhasil membawa pulang satu medali perunggu dari kejuaraan nasional (kejurnas) sepaktakraw antar-PPLP 2009. Kepastian itu diperoleh setelah NTT disingkirkan tim kuat DKI Jakarta, di semifinal nomor double event dalam pertandingan di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (30/7).


Ketua Kontingen NTT, Isack Petrusz, S.E, mengatakan, NTT yang menurunkan Rimala Rihi, Melani Lay, Sara Do Rego dan Siti Fajariah sebenarnya membuka langkahnya dengan mulus. Set pertama, NTT langsung unggul 21-18 atas DKI Jakarta. Namun di set kedua, DKI Jakarta berhasil bangkit dang memenangkan permainan dengan skor 21-16. Pertandingan di set ketiga berlangsung tegang. Kejar mengejar angka berlangsung sangat ketat sehingga penentuan pemenangan harus melalui deuce. NTT akhirnya takluk di set ketiga dengan skor 14-16. DKI Jakarta melenggang ke final dan akan bertemu Kalimantan Timur.

"Perjuangan pemain-pemain NTT sudah sangat maksimal. Lawan lebih berpengalaman sehingga mereka mampu keluar dari tekanan. Seharusnya di set ketiga, kalau saja NTT mempertahankan konsistensinya seperti di awal, saya yakin ceritanya akan beda," jelas Isack. 

Sebelumnya, NTT juga kalah di laga nomor beregu. Dari tiga kali pertandingan yang dilakoni anak-anak asuhan pelatih Erik Laylena itu, hanya meraih satu kemenangan. Di nomor beregu ini, NTT tergabung di Grup A bersama Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Riau yang terkenal tangguh di cabang ini.

Dalam pertandingan perdanan, NTT langsung bertemu dengan tim tangguh Sulawesi Selatan. Menurunkan Sarah Maria Do Rego, Rimala dan Melani Lay serta Siti Fajriani (cadangan), regu NTT tampil cukup meyakinkan setelah merebut set pertama dengan angka 21-11. Namun di set kedua anak-anak NTT yang sebenarnya lebih unggul dalam teknik justru kalah 16-21 sehingga pertandingan harus dilanjutkan ke set ketiga. 

Pada set penentuan ini, Sarah Maria dkk kembali takluk dengan angka 11-15. Erick Lay Lena, mengatakan, melihat kemampuan atlet yang berlaga di kejurnas ini, NTT sebenarnya masih lebih baik di banding daerah lainnya. Hanya sayang, faktor ketidaktenangan serta faktor mental bertanding yang belum terasah membuat mereka gagal meraih kemenangan. Erik menyebutkan, ketika melawan Sulawesi Selatan, NTT harusnya dapat memenangkan pertandingan tersebut. Apalagi di set pertama NTT sudah mampu menang mudah. "Namun karena anak-anak kurang tenang sehingga harus menerima kekalahan," jelas Erik. (wily)

Selengkapnya...

Yanto Fallo: Menuju Impian

KETIKA Hermensen Ballo pensiun, diikuti dengan Karel Muskanan, dunia tinju merasa sangat kehilangan. Raja tinju Indonesia yang terus mengharumkan nama NTT di tingkat nasional bahkan dunia ini, meninggalkan segudang prestasi yang tak tertandingi di Indonesia.

Prestasinya meraih medali di SEA Games, Asian Games dan kejuaraan dunia lainnya, serta duakali ikut Olimpiade di Atalanta dan Sidney membuat Hermensen menjadi idola. Dia selalu menjanjikan prestasi. Tak heran kalau ada yang sudah berani mengatakan, tamatlah sudah prestasi tinju NTT.


Harapan itu kemudian bertumpu pada Yanto Fallo. Gaya bertinjunya yang sama persis seperti Hermensen Ballo, membuat tinju NTT tetap memiliki optimisme untuk berpretasi. Yanto bukan saja mewarisi skill Hermensen, namun nada bicaranya pun disebut-sebut sama seperti Hermensen. Yang membedakan keduanya adalah, postur tubuh Yanto yang lebih pendek, dan prestasi Yanto yang masih jauh bila dibandingkan dengan yang dimiliki Hermensen.

Yanto bukan Hermensen. Yanto tetap Yanto, meski keduanya sama-sama mengawali karier tinjunya dari sasana SoE Boxing Camp (SBC) TTS. Yanto kini memiliki obsesi lain untuk menuju prestasi impiannya. Yanto yang sudah kenyang prestasi nasional, kini ingin meraih prestasi tingkat internasional.

"Sejak lama impian saya yang belum tercapai adalah mewakili Indonesia di kejuaraan internasional. Saya akan berusaha agar bisa masuk pelatnas dan ikut kejuaraan internasional. Kalau itu tercapai baru saya merasa puas," kata Yanto.

Dan, Yanto kini sudah berada di Pelatnas SEA Games di Jakarta. Selangkah lagi, Yanto akan mencapai impiannya. Namun, Yanto sadar bahwa mencapai impian tersebut sangatlah berat. Apalagi di Pelatnas, untuk kelas layang ringan (45 kg), Yanto masih harus bersaing dengan petinju Jawa Barat, Martin Suratin. Yanto masih harus membuktikan kemampuannya di pra SEA Games bulan depan, kalau dia ingin mewakili Indonesia. Pasalnya, KONI/KOI hanya akan mengirim satu petinju untuk setiap kelas. Di sini, Yanto butuh pembuktian.

Mengomentari hal ini, Hermensen yang menjadi pelatih Yanto di Jakarta, optimis anak asuhnya itu akan lolos. "Saya yakin Yanto akan lolos. Dia memiliki kemampuan dan skil di atas rata-rata. Selama ini PB Pertina masih meragukan Yanto karena posturnya yang pendek, namun saya berani memberikan jaminan, Yanto akan meraih medali di SEA Games," kata Hermensen Ballo.

Keyakinan Hermensen kalau Yanto akan berprestasi dibuktikannya dengan protes kepada PB Pertina ketika Yanto hendak dipulangkan. Hermensen bahkan berniat mundur sebagai pelatih Pelatnas maupun PAL, kalau Yanto dipulangkan. "Sebagai pelatih, saya lebih tahu kemampuan petinju saya. Kalau seorang petinju hendak dipulangkan, harus lewat evaluasi bukan asal coret. Kalau Yanto tidak bagus, nanti dia buktikan di pra SEA Games," kata Hermensen.

Fakta inilah yang kemudian menatang Yanto untuk berlatih lebih keras. Yanto bertekad untuk menunjukan kepada dunia tinju Indonesia, dia memang layak mewakili Indonesia. Yanto yang ditemui beberapa waktu lalu ketika datang ke Kupang hendak melakukan perbaikan skripsi, mengaku, siap bersaing dengan petinju manapun. Yanto yakin, kini persiapannya sudah cukup matang untuk mewakili Indonesia ke kejuaraan tingkat internasional.

"Saya sangat siap bersaing. Saya minta masyarakat NTT untuk mendoakan saya, agar bisa bermain bagus saat pra SEA Games, sehingga bisa lolos mewakili Indonesia," kata Yanto.

Dukungan kepada Yanto memang harus diberikan, diminta ataupun tidak. Yanto adalah aset daerah. Dia telah mengharumkan nama NTT. Bersama Deni Hitarihun, keduanya yang kini berada di Pelatnas SEA Games, siap membawa pulang prestasi bagi NTT.

"Kita doakan biar Yanto dan Deni bisa membawa pulang medali bagi NTT. Kalaupun mereka mewakili Indonesia, itu merupakan kebanggaan NTT," kata Kabid Keolahragaan Dinas PPO NTT, Drs. Ary Moelyadi, M.Pd. (jober)



Data Diri
Nama : Yanto Fallo  
Lahir : SoE, 10 Juni 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Cabang : Tinju (45 kg)
Tinggi /Berat Badan : 157 cm/45 Kg
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Asrama Atlet Oepoi Kupang
Prestasi : Sarung Tinju Emas Riau 2006 (emas), Pra PON XVII 2008 (emas), Sarung Tinju Emas Bali 2007 (emas), Sarung Tinju Perak Papua 2005 (emas), Kejurnas Yunior 2002 (emas/ atlet terbaik), Kejurnas Yunior 2003 (emas/atlet terbaik), Udayana Cup 2002 (perak). STE 2008 (perak). PON XVII 2008 (perak). Pelatnas SEA Games 2009.
Selengkapnya...

Mery Paijo: Ada Keyakinan Diri

DIBANDINGKAN dengan adiknya, Afriana Paijo, Mery Paijo bisa dibilang 'terlambat' berprestasi. Mery 'baru ditemukan' ketika usianya sudah di atas 15 tahun. Beda dengan Afriana Paijo yang sudah memiliki prestasi nasional ketika masih duduk di bangku SMP.


Tapi, mengapa kita harus membedakan Mery dan Afriana? Keduanya adalah kakak beradik yang sudah menunjukan kepada Indonesia, bahwa atletik NTT tidak pernah kehilangan atlet berbakat. Keduanya sama-sama memiliki reputasi nasional dan internasional. Keduanya menguasai nomor lari 5.000 meter pada Kejurnas Atletik Senior, bulan lalu. Afriana merebut medali emas, sedangkan Mery, perak. Mungkin yang belum dicapai Afriana adalah merebut medali di PON. Mery, pada PON XVII 2008 lalu, berhasil merebut medali perunggu nomor lari 10.000 meter.

Bagi Mery, mahasiswa Unkris Kupang ini, langkahnya untuk menjadi juara di event yang lebih tinggi masih panjang. Usianya yang baru 22 tahun, membuatnya masih memiliki keyakinan kalau tahun-tahun ke depan adalah tahun prestasi. Tak heran kalau dia terlihat sangat disiplin berlatih.

Saban hari, pagi maupun petang, Mery terus terlihat berlari di lintasan Stadion Oepoi, Kupang. Dengan ataupun tanpa pelatih, Mery terus tekun berlatih. Dia rupanya sadar, seorang atlet atletik sebagai cabang olahraga terukur tidak boleh berhenti berlatih, kalau tidak ingin disalip atlet lainnya.

"Saya akan berusaha agar bisa meraih prestasi yang lebih tinggi. Saya minta dukungan doa dan motivasi agar tidak bosan berlatih, tapi terus meningkatkan prestasi," kata Mery.

Mery memang sempat kecewa ketika pada PON XVII 2008 lalu, hanya bisa menempuh 3.000 meter dalam lomba nomor lari marathon. Mery yang terkena demam sehari sebelumnya, terpaksa tidak bisa melanjutkan lomba. Akibatnya, saingan utamanya, Fery Subnafeu, atlet pindahan NTT ke Kalimantan Timur ini tak bisa disaingi lawannya. Padahal, Mery sudah diunggulkan untuk merebut medali di nomor ini.

"Satu kelemahan yang masih kami pikirkan solusinya adalah keberadaan mantan-mantan atlet PPLP seperti Mery, Yanto dkk. Setelah tamat dari PPLP, mereka hanya bisa berlatih sendirian di bawah koorinasi pengprop. Padahal, kalau ada semacam PPLD atau PPLM, saya yakin prestasi mereka akan cepat terdongkrak," kata Kabid Keolahragaan Dinas PPO NTT, Drs. Ary Moelyadi, M.Pd.

Mery memang berharap agar dia bisa berprestasi hingga tingkat internasional. Paling tidak, dengan prestasinya merebut medali emas di Kejurnas Atletik Senior akhir bulan lalu, dia kini sudah dilirik PB PASI untuk dipanggil ke Pelatnas SEA Games. Kalaupun tidak, Mery masih yakin kalau suatu saat dia masih akan dipilih mewakili Indonesia di kejuaraan multievent tingkat dunia.

Satu kelebihan yang dimiliki Mery adalah tekad untuk berkembang. Mahasiswa jurusan olahraga FKIP Unkris Kupang ini yakin, dengan tekad kuat dan disiplin tinggi, prestasi akan mudah diraih. Mery masih ingin mengayunkan langkahnya menggapai prestasi. Waktunya masih panjang. Namun, kalau dia tidak terus didampingi untuk dibimbing, Mery bisa saja salah melangkah. (ana)


Data Diri

Nama : Mery Mariana Paijo
Lahir : Kupang, 6 Mei 1987
Tinggi / Berat :154 cm / 46 Kg
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Mahasiswa UKAW Kupang
Alamat : Jl. W. J. Lalamentik Asrama Atlet, Oepoi-Kupang
Prestasi: Hongkong Marathon 2008 (peringkat II) Malang Marathon 2007 (peringkat V), Pra PON XVII 2008, nomor 5.000 m (perunggu), Kejurnas Yunior 2005, nomor 800 m (emas), kejurnas yunior 2006, nomor 3.000 m (emas). PON XVII (perunggu 10.000 m) Emas Kejurnas Senior 2009 (10.000m dan perak 5.000 m)
Selengkapnya...

Bina Sepakbola Perempuan

Dr. Yovita Anike Mitak, MPH
(Karo Pemberdayaan Peremupuan Setda NTT/Ketua Bidang Kesehatan KONI NTT)

SEBAGAI seorang dokter, sosok dr. Yovita Anike Mitak-Porsiana, MPH juga merupakan seorang publik figur. Di jajaran pemerintah Provinsi NTT, sosok yang akrab disapa dr. Niken ini adalah Kepala Biro (Karo) Pemberdayaan Perempuan (PP) Setda NTT. Tak hanya itu, di organisasi keolahragaan, dr. Nike juga tercatat sebagai Ketua Bidang (Kabid) Kesehatan dan Anti Doping KONI NTT.


Ketika kontingen sepakbola NTT berkunjung ke Timor Leste, dr. Niken diplot sebagai salah satu wakil ketua kontingen yang mengurusi tim sepakbola perempuan. Ketika menyaksikan tim sepakbola putri NTT tampil menghadapi dua tim putri Timor Leste, dr.Niken kagum. Meskipun hasil akhirnya, kontingen NTT kalah, namun mantan Direktris RSU Kupang ini tetap memberi apresiasi positif kepada tim sepakbola perempuan NTT binaan pelatih Jack Lay dan Clementino Soares ini.

Kepada Tabloid Bidora di sela-sela menyaksikan pertandingan dari tribun kehormatan Estadio Minicipal-Dili, Senin (18/5) lalu, dr. Niken mengatakan, sepakbola akan lebih semarak bila ada tim peremuan. Mengapa? Karena menurut dr. Niken, permainan sepakbola perempuan memiliki keunikan tersendiri.

Karena itu, ketika dimintai pendapatnya soal penampilan tim sepakbola putri NTT, dr. Nike mengatakan, “Ini merupakan ajang/wadah bagi kaum perempuan untuk mengekspresikan bakat dan kemampuan diri yang dimiliki perempuan, sehingga tidak saja untuk kebutuhan peningkatkan prestasi olahraga, tapi juga sarana hiburan bagi masyarakat.”

Karena itu, dr. Niken berharap, jangan saat akan ada pertandingan saja baru tim sepakbola putri disiapkan. Perlu tim perempuan yang sudah ada dibina terus agar menghadirkan sebuah suguhan permainan yang berkualitas. Ini sesuatu hal yang baik, namun perlu dibarengi dengan sebuah pembinaan yang profesional dan rutin, dan terarah dengan mengadakan kompetisi-kompetisi secara reguler khusus perempuan. Ini dimaksudkan agar, selain menambah jam terbang dan pengalaman para atlet, upaya untuk menggapai prestasi juga bisa diraih. 

“Pembinaan secara rutin perlu, sehingga jangan sampai penampilan ini hanya sebatas untuk hiburan saja, tapi bisa juga untuk meraih prestasi. Saya lihat anak-anak perempuan kita bisa dan mampu. Tinggal dikembangkan potensi dan bakat yang mereka miliki,” ucapnya. (isack)
Selengkapnya...