Moto

Senin, 25 Mei 2009

Rekonsiliasi Lewat Olahraga

UPAYA membangun kembali hubungan dengan saudara-saudaranya yang memilih tinggal di Timor Barat (Indonesia) terus dilakukan pemerintah Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Salah satunya adalah melalui olahraga

Pada 26-28 Februari 2009 lalu, Pemerintah RDTL kembali melakukan persahabatan dengan tim sepakbola putri warga Indonesia kelahiran Timor Leste. Dalam lawatannya, mereka mengalahkan tim putri warga dan tim putri Polwan Polda NTT. Tapi, bagi Ketua Harian KONI Provinsi NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si yang juga adalah Wakil Gubernur NTT tujuannya bukan kalah atau menang, tapi persabahatan dan persaudaraan.

"Tujuan dari pertandingan ini adalah menjalin persaudaraan dan persahabatan baik dengan warga asal Timor Leste maupun warga Kota Kupang. Untuk itu, kemenangan memang menjadi impian dan cita-cita setiap tim, namun akan lebih indah kalau semua pemain bisa membawa pulang persahabatan, persaudaraan dan kekeluargaan. Karena bagaimanpun juga, NTT yang sudah miskin dari sisi ekonomi, tidak boleh dimiskinkan dengan persahabatan, persaudaraan dan kekeluargaan," ujar Esthon.

Bidang Keolahragaan Dinas PPO, Biro Kesra, KONI Provinsi NTT dan Mitra Sportindo Evwnt Organizer yang dipercaya sebagai pelaksana teknis sukses menggelar pertandingan persabahatan tersebut. Dan, meresa berhutang budi dengan NTT, Pemerintah RDTL kemudian mengundang NTT untuk melakukan kunjungan balasan ke Dilli, Ibu kota Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) tanggal 20 Mei 2009. Kunjungan balasan ini dilakukan selain untuk pertandingan persahabatan, juga untuk memeriahkan Hari Restorasi Timor Leste. 

Dalam kunjungan tersebut, kontingen NTT yang dikoordinir oleh KONI Provinsi NTT, Biro Kesra, Bidang Olahraga Dinas PPO NTT itu akan membawa tim putri NTT kelahiran Timor Leste dan tim putra dari Persab Belu. "Pertandingan nantinya masih dalam nuansa persahabatan dan persaudaraan. Tapi karena bertepatan dengan hari kenegaraan mereka, maka pasti banyak penonton sehingga persiapan harus serius," tegas Esthon Foeany. (isack) Selengkapnya...

Saatnya Iptek 'Merasuki' Olahraga

PERANAN ilmu pengetahuan (iptek) dalam perbaikan prestasi atlet tidak boleh tidak harus segera dilakukan. Peranan iptek bagi sumber daya pelatih diyakini akan dapat mengatasi keterpurukan prestasi olahraga. 

Begitu pentingnya iptek dalam olahraga membuat regulasi-regulasi mengenai persyaratan kelayakan untuk menjadi pelatih makin diperketat. Kalau kemudian disarankan agar seorang pelatih minimal berijazah strata 1, tujuan sebenarnya adalah agar dia lebih muda menyerap iptek yang terus berubah dengan sangat cepat.

Sadar akan kebutuhan tersebut, Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang bekerjasama dengan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenegpora) kini sudah memiliki sebuah laboratorium olahraga. Sebagai perguruan tinggi yang memiliki program studi olahraga, diharapkan dari Undana kemudian akan lahir pelaku-pelaku olahraga yang bisa menaikkan prestasi atlet-atlet di NTT. Laboratorium tersebut diresmikan Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si dan Rektor Undana, Prof. Frans Umbu Datta, Jumat (3/4/2009), di kompleks PGSD Undana, Kota Baru Kupang. 

Menurut Ketua Program Studi Penjaskesrek, Drs. Nurdin Badu, M.For, ada 15 unit alat olahraga bantuan Menegpora yang nilainya mencapai Rp 11 miliar. Alat-alat tersebut di antaranya berupa, alat pengukur ketahanan berlari, alat ukur ketinggian tubuh, alat ukur ketebalan lemak, alat ukur ketahanan otot lengan, ketahanan otot bahu, fleksibiliti dan lainnya.

"Kami berjanji akan memanfaatkan alat-alat ini untuk kemajuan dan prestasi olahraga di NTT. Alat-alat ini sangat berguna untuk mendukung penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembinaan olahraga di NTT," kata Nurdin Badu.

Harus dimanfaatkan dengan maksimal dan jangan dibiarkan mubazir apalagi hanya sekadar untuk pajangan. Demikian harapan dari Rektor Undana, Prof. Umbu Datta. Mahasiswa, kata Umbu Datta, harus memanfaatkan laboratorium tersebut untuk peningkatan kualitas sumber dayanya. "Belajarnya menggunakan alat-alat di laboratorium ini untuk perkembangan iptek olahraga," ujarnya.

Wagub Foenay yang juga adalah Ketua Harian KONI Propinsi NTT tersebut berharap Undana mau menggandengan pengurus cabang olahraga di NTT untuk memanfaatkannya. "Harus diakui bahwa atlet-atlet NTT lebih banyak lahir karena bakat alamiah. Sehingga kalau dipoles lagi dengan teknologi, saya yakin prestasi akan meningkat. Untuk itu, ajaklah pengurus cabang olahraga untuk mau memanfaatkannya," kata Esthon. (lukas) Selengkapnya...

O2SN 2009 Siap Digelar

SALAH satu program Departemen Pendidikan Nasional adalah pelaksanaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN). Tujuan dari O2SN ini adsalah untuk memfasilitasi dan memotivasi siswa yang mempunyai bakat di cabang olahraga, sehingga para siswa dapat meningkatkan ketrampilan dan kemampuan mereka sesuai bidang yang dimiliki. Kegiatan ini, sekaligus sebagai upaya pembentukan sikap, mental, sportivitas, kejujuran dan rasa solidaritas antar-sesama siswa yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Pelaksanaan O2SN tingkat Provinsi NTT tahun 2009 ini akan semarak. Selain karena ada peningkatan nomor pertandingan/perlombaan, juga karena karena dilakukan serentak untuk SD, SMP, dan SMA di tingkat nasional. Untuk O2SN SD tingkat Provinsi NTT akan digelar mulan 28 Mei hingga 1 Juni 2009 sementara untuk tingkat SMA, akan digelar mulai tanggal 7 Juni. Untuk pelaksanaan tingkat nasional, akan digelar di Jakarta 

O2SN SD akan mempertandingkan/melombakan 13 cabang olahraga, yakni atletik, pencaksilat, sepakbola, bolavoli, renang, catur, bridge, karate, senam, tenis meja, tenis lapangan, sepaktakraw dan bulutangkis. Untuk O2SN tingkat SMA, akan mempertandingkan/melombakan lima cabang olahraga, yakni karate, pencaksilat, atletik, tenis meja dan bulutangkis.

Begitu pentingnya event ini, sehingga Dinas PPO NTT yang menjadi pelaksana di tingkat provinsi berharap agar atlet yang dikirim dari kabupaten/kota diseleksi dengan baik. Seleksi yang baik harus dimulai dari tingkat sekolah baru ke tingkat kabupaten/kota. Selain itu, sah tidaknya seorang siswa mengikuti pertandingan/lomba, harus memenuhi semua persyaratan baik dari sisi administrasi maupun kesehatan. (michel)


Persyaratan Peserta O2SN SD
1. Rapot asli dan foto copy, akte kelahiran yang telah dilegalisir, pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak lima lembar dan surat keputusan (SK hasil seleksi.
2. Siswa SD/MI yang sampai dengan tahun pelajaran 2008/2009 masih sekolah di SD/MI 
3. Kelahiran 1 Januari 1997 dan sesudahnya. 
4. Untuk peserta, cabang atletik dua putra dan dua putri, renang empat putra dan empat putri. Tenis meja dua putra dan dua putri, bulutangkis dua putra dan dua putri. Bolavoli mini lima putra dan lima putri, pencaksilat dua putra dan dua putri, sepaktakraw mini empat putra. Sepakbola mini 10 putra, bridge mini dua putra dan dua putri, tenis dua putra dan dua putri, catur tiga putra dan satu putri dan karate dua putra dan dua putri.

Persyaratan Peserta O2SN SMA
1. Peserta adalah siswa SMA yang duduk di kelas X dan XI pada tahun pelajaran 2008/2009
2. Menunjukan Surat Tanda Kelulusan (STKL) SMP asli, foto copy raport (legalisir), kartu pelajar/OSIS, pas foto, biodata, akta kelahiran
3. Bukan atlet yang pernah menjuarai event internasional
4. Bukan atlet dari sekolah binaan PPLP, SMA Olahraga atau sedang mengikuti Pelatnas
5. Membawa surat keterangan sehat dari dokter
6. Usia pada 1 Juli 2009 tidak lebih dari 18 tahum
7. Peserta di tingkat nasional adalah pemenang tingkat provinsi Selengkapnya...

Seleksi Atlet ke Kejurnas Atletik

SEJAK keikutsertaan NTT di event-event olahraga nasional, atletik selalu menjadi nomor unggulan untuk meraih medali. Beberapa atlet nasional mulai dari Wempy Foenay, Mathilda Fanggidae, Mace Sihainenia, Eduardus Nabunome, Anton Fallo, Tersiana Riwu Rohi, Oliva Sadi, Fery Subnafeu, Mery Paijo hingga Afriana Paijo adalah bukti dari kualitas prestasi atletik NTT.

Hal inilah yang kemudian membuat KONI Provinsi NTT kemudian menetapkan cabang atletik sebagai cabang prioritas dalam pembinaan. Indikatornya adalah, karena berprestasi dan memiliki regenerasi atlet dari semua kelompok usia yang sangat jelas.

Untuk tahun 2009 ini, agenda kejuaraan nasional pertama yang akan diikuti Pengprop PASI NTT adalah kejuaraan nasional (kejurnas) yunior dan remaja yang akan digelar di Jakarta, 27-30 Mei 2009. Tak ingin hanya tampil sebagai penggembira di Jakarta, pada Rabu 8 April 2009 lalu, PASI dan bekerjasama dengan Bidang Keolahragaan Dinas PPO NTT telah melakukan seleksi terbatas, di Stadion Oepoi-Kupang. Seleksi tersebut diikuti atlet dari Kota Kupang, Kupang, TTS dan PPLP NTT.

"Tujuan dari seleksi ini adalah untuk mendapatkan atlet-atlet terbaik yang nantinya dibawa ke Jakarta mewakili NTT. Atlet atletik NTT menyebar hampir di semua kabupaten/kota di NTT, untuk itu harus ada seleksi untuk mendapatkan yang terbaik. Seleksi ini kita lakukan mendadak, karena memang surat dari PB PASI juga baru kami terima," ujar Eduard Setty.

Tak ada target yang ditetapkan PASI NTT menuju kejuaraan tersebut. Namun, diperkuat Afriana Paijo yang saat ini bergabung di Pelatnas jangka panjang PB PASI di Jakarta, kontingen atletik NTT jelas akan diperhitungkan. Meski demikian, Eduard Setty tetap mengatakan bahwa tujuan keikutsertaan NTT hanyalah untuk menyiapkan atlet pelapis dan ujicoba menuju PON XVIII 2012.

"Kalau mau sukses di PON 2012, kita harus mulai dari sekarang. Untuk itu, atlet yang kira-kira pada PON 2012 tepat memasuki usia emasnya harus dipersiapkan dari sekarang. Kalau kali ini mereka masih gagal, kita harapkan pada PON 2012 nanti, mereka sudah siap," kata Setty.

Bagi Kabid Keolahragaan Dinas PPO NTT, seleksi tersebut akan menjadi bahan pembanding baginya dalam pembinaan atlet di PPLP NTT. Sebagai cabang olahraga terukur, prestasi atlet atletik dapat diketahui dengan mudah. Dalam jangka waktu tertentu, apakah seorang atlet mengalami peningkatan atau penurunan prestasi, akan bisa diketahui lewat seleksi atau try out. (rudy) Selengkapnya...

12 Petenis Lolos ke Jakarta

PROFICIAT patut diberikan kepada Bidang Keolahragaan Dinas PPO Propinsi NTT. Diberi kepercayaan untuk menjadi panitia pelaksana seleksi kejuaraan tenis meja Piala Bergilir Presiden RI 2009 tingkat Provinsi NTT, kejuaraan berhasil digelar dengan sukses.

Sebanyak 149 atlet dari Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu, Sumba Timur, Sumba Barat, Ende, Sikka dan Alor ambil bagian dalam kejuaraan yang digelar di GOR Flobamora, Oepoi-Kupang, 18-20 April 2009 tersebut. Para atlet bertanding dalam kategori pelajar putra/putri, mahasiswa putra/putri, umum putra/putri, veteran dan eksekutif. 

Tak banyak kejutan yang terjadi selama seleksi, selain dua atlet yang sudah uzur, Adolf Johnson Go (A Song) dan Anggi yang bertanding di final. Pemain-pemain unggulan di semua kategori masih mempertahankan dominasinya sebagai yang terbaik. 

Sebanyak 12 atlet dari semua kategori akhirnya ditetapkan oleh Ketua Panitia Seleksi, Rony Fernandez, SE, untuk mewakili NTT dalam final yang akan digelar di Jakarta, 7-11 Mei 2009. Para petenis ini terbagi dalam kategori umum putra/putri, pelajar putra/putri, mahasiswa putra/putri, veteran dan eksekutif.

Mengomentari hasil seleksi tersebut, Kepala Dinas (Kadis) PPO NTT, Ir. Thobias Uly, M.Si yang mwakili Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si, saat menutup event tersebut mengatakan proficiatnya. "Panitia bekerja sangat maksimal. Mereka telah menunjukan profesionalisme yang patut ditiru. Atlet-atlet peserta pun telah menunjukan persaingan yang ketat namun tetap menjunjung tinggi sportivitas. Dalam segala keterbatasan kita telah mengikuti sebuah event yang sangat bergengsi ini. Ini merupakan ajang seleksi, sehingga tantangan yang berat masih ada di depan. Untuk itu, persiapkan diri dengan baik selama pemusatan latihan," kata Thobias Uly. 

Rony Fernandez, yang juga adalah Kepala Seksi Olahraga Prestasi, Bidang Keolahragaan Dinas PPO NTT itu pun tak kuasa menahan sukacitanya. "Saya hampir tidak percaya kalau event ini bisa sukses. Dari rasa pesimis karena keterbatasan dana, ternyata lewat dukungan dari semua pihak, akhirnya turnamen ini bisa sukses digelar. Terima kasih untuk semua pihak yang telah mendukung kami," ujar Rony Fernandez.

Para atlet kini menjalani pemusatan latihan di Kupang. Latihan keras memang harus dilakukan agar bisa bersaing dengan pemain dari provinsi lain saat final di Jakarta. Motivasi terus diberikan baik oleh pelatih maupun Dinas PPO NTT yang memiliki tanggungjawab moril terhadap para atlet. 

Kabid Keolahragaan, Drs. Ary Moelyadi, M.Pd, yang terus memantau pelaksanaan seleksi mulai dari persiapan hingga pertandingan, mengatakan, tenis meja NTT sudah mulai bergeliat. Alasannya, kata Ary, meski untuk kategori umum masih didominasi atlet berusia di atas 45 tahun, namun atlet-atlet palajar dan mahasiswa sudah menunjukan kualitas yang bagus. "Kalau atlet-atlet pelajar dan mahasiswa yang ada ini kita bina dengan benar, saya yakin tenis meja NTT dalam waktu dekat ini sudah sanggup bersaing di tingkat nasional. Bidang Keolahragaan, dengan segala keterbatasan yang ada, siap mendukung tenis meja," kata Ary. (rony)



Atlet yang Lolos
Pelajar putri: Lola Djami (Kota Kupang)
Pelajar putra: Ando Moreng (Sikka)
Mahasiswa putra: Ricky Valentino Malelak (Kota Kupang)
Mahasiswa putra: Novi Taek (Kota Kupang)
Eksekutif: Simson Leimen (Swasta) 
Veteran: Hentje Parman (Kota Kupang) dan Aris Lambe (Kupang)
Umum putri: Mathilda Siang Ada (Kupang) dan Voni Djaha (Alor)
Umum putra: Anggi (Kota Kupang), Adolf Johnson Go (A Song/Kupang) dan Johni Bekelaka (Ende) Selengkapnya...

Presentasi lulusan SMA/SMK/MA 70 persen

HASIL presentasi lulusan tahun ini (2009,red) akan meningkat dari tahun sebelumnya. Untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan naik dari hasil lulusan sebelumnya 65 persen menjadi 70 persen. Prediksi itu berdasarkan seluruh kemampuan dan upaya yang telah dikerahkan oleh semua pihak yang bertanggung jawab didunia pendidikan khususnya kepada para peserta Ujian Nasional (UN) 2008/2009 tingkat SMA/MA/SMK di NTT. Demikian Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) NTT Ir. Thobias Uly kepada Tablid Bidora di ruang kerjanya.

Uly menjelaskan, sesuai hasil pantauan di sekolah-sekolah, para peserta UN dinilai mampu mengerjakan soal UN. Karena bentuk soal yang diuji tidak jauh berbeda dengan soal-soal UN tryout (percobaan) yang telah diberikan kepada siswa. Serta persiapan soal-soal untuk peserta UN disesuaikan dengan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) dari BSNP (Badan Standar NasionalPendidikan). 

”Anak sudah dipersiapkan sejak beberapa bulan sebelumnya. Dan anak yang benar-benar persiapkan diri pasti bisa jawab soal dengan baik. Peserta UN kali ini lebih baik persiapannya dari tahun sbelumnya, jadi presentasi lulusan kali ini diatas 70 persen,” kata Ir. Thobias Uly.

Dia menambahkan, berbagai upaya persiapan dari sekolah sudah dilakukan sejak bulan November 2008 lalu. Seperti les tambahan, pembedahan soal, tryout dan latihan LJK (Lembaran Jawaban Komputer). Dan Pastinya semua pihak terkait yakni sekolah, orang tua dan pemerintah mengharapkan hasil yang maksimal. ”Upaya persiapan dari sekolah sudah banyak dilakukan, otomatis hasil lulusan akan baik,” tambahnya. 

Ketika ditanya, yang bertanggung jawab jika hasil lulusan turun dari tahun sebelumnya yakni 65 persen, Uly menjawab hal itu adalah tanggung jawab semua pihak. Itulah hasil dari segala upaya dan kemampuan yang telah dilakukan selama ini. Jadi jangan menyalakan pihak manapun.

Sedangkan untuk pemeriksaan hasil LJK siswa UN 2008/2009 (Scaning) kata Uly, pihak Perguruan Tinggi (PT) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang akan berkoordinasi dengan tim di Dinas PPO NTT. ”Tim penyelenggara UN 2008/2009 Dinas PPO NTT dan Undana Kupang saling membantu dan bekerja sama dalam melakukan scaning. Kerja sama dua pihak ini akan menguntungkan peserta UN kali ini” ungkap Uly. (michel) Selengkapnya...

NTT Ikut Invitasi Olahraga Tradisional di Jateng

KEGIATAN olahraga dari Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemegpora) yakni olahraga tradisional masyarakat seluruh Indonesia, untuk tahun 2009 akan digelar di Jawa Tengah (Jateng), Magelang tepatnya di halaman Candi Borobudur. Bagi Provinsi NTT, tahun ini (2009,red) merupakan kali pertama atau perdana, partisipasi pesertanya dalam kejuaraan masyarakat tradisional itu. Hal ini disampaikan koordinator peserta olahraga tradisional 2009 Provinsi NTT, Ferry Sandy, S.sos kepada Tabloid Bidora beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, partisipasi peserta dari Provinsi NTT dalam even masyarakat tradisional ini, untuk menyanggah atau menghidupkan kembali dan melestarikan olahraga-olahraga tradisional yang sudah hampir punah dari masyarakat Indonesia khususnya masyarakat NTT.

Ferry menjelaskan, kegiatan ini (Invitasi olahraga tradisional 2009,red) berlangsung mulai 10-13 Mei 2009 di halaman Candi Borobudur. Peserta yang mewakili NTT ke perlombaan rakyat tersebut, sebanyak 12 orang terdiri dari 6 putera dan 6 puteri. Mereka akan bertanding pada empat jenis olahraga tradisional yakni dagongan dan engran untuk peserta puteri, sedangkan terompah panjang dan hadang untuk peserta puteri.

Ferry menambahkan, sebenarnya partisipasi peserta NTT dalam even ini sudah diikutkan dari tahun sebelumnya. Namun karena keterbatasan dana maka peserta NTT tidak jadi diberangkatkan. ”Para peserta NTT direkrut dari masyarakat umum sudah dari tahun lalu. Persiapan telah dilakukan sejak tahun lalu, sehingga persiapan yang dilakukan Bulan Meret 2009 kemarin hanya latihan penyegaran kembali jenis-jenis olahraga yang dipertandingkan,” tambah Ferry.

Sementara itu Hildagardis Bria Seran salah satu koordinator peserta olahraga tradisional 2009 NTT, merasa optimis peserta NTT bisa bersaing dengan peserta dari provinsi lain.

Menurut Hilda Bria Seran, peserta putera NTT akan bersaing ketat pada jenis olahraga tradisional engran dan dagongan. ”Peserta putera diharapkan bisa bersaing didua jenis olahraga itu dan harapan kami para peserta NTT bisa masuk dalam kategori juara,” kata Hilda Bria Seran.(fery) Selengkapnya...

Minggu, 24 Mei 2009

Olahraga Pendidikan Sebagai Bagian Proses Pendidikan

     oleh :
Ir. Thobias Uly, M.Si
(Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Prov. NTT)

SESUAI  amanat Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional bahwa pembinaan olahraga nasional tidak terlepas dari peran pendidikan. Adapun ruang lingkup olahraga berdasar pasal 17 UU Sistem Keolahragaan Nasional meliputi kegiatan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olaharga prestasi, sementara pasal 18 mengisyaratkan olahraga pendidikan sebagai berikut :

1. Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan
2. Olahraga pendidikan dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler
3. Olahraga pendidikan dimulai dari usia dini
4. Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan
5. Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan nonformal dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang
6. Olahraga pendidkan sebagai dimaksud pada poin 4 dan 5 dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan
7. Setiap satuan pendidikan sebagaimana dimaksud berkewajiban menyiapkan prasarana dan sarana olahraga pendidikan sesuai dengan tingkat kebutuhan.

Sementara pasal 25 mengatakan pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan yang sistematis dan berkesinambungan dengan sistem pendidikan nasioanal, sedang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pada pasal 37 mengamanatkan pendidikan jasmani dan olahraga wajib masuk dalam kurikulum dasar dan menengah yang ditetapkan oleh pemerintah.

Salah satu arah kebijakan program pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai usaha yang proaktif, produktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam hal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berkaitan dengan kegiatan olahraga selalu melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti KONI, BAPOPSI, Pengurus Provinsi Cabang olahraga dan lembaga atau instansi terkait lainnya.

Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat SD, SMP dan SMA tingkat Provinsi Nusa Tengara Timur akan digelas pada bulan Mei dan Juni yang akan datang merupakan suatu wujub nyata bahwa olahraga merupakan bagian dari pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, selain pada pendidikan formal dilaksanakan pula bagi mereka yang mengalami kekurangan fisik atau mental mengikuti perlombaan dan pertandingan olahraga.

Merujuk pada UU Sisdiknas dan UU SKN kami berharap olahraga pendidikan bukanlah menjadi tanggungjawab dan ruang lingkup Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga baik di tingkat provinsi dan Kabupaten melainkan menjadi tangung jawab semua pihak yang terlibat baik pemerintah maupun masyarakat. Khusus di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Timur segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan olahraga selalu berkoordinasi dengan lembaga atau organisasi yang memiliki kompetensi untuk itu, sehingga pelaksanaan akan berjalan secara proporsional dan profesional.

Sebagai kata akhir saya berharap prestasi olahraga di Nusa Tengara Timur akan selalu berkembang dan tetap jaya dengan cabang olahraga prioritas. **

Selengkapnya...

Selamat Jalan Piet A Tallo, S.H

SEBANYAK 4,4 juta penduduk Nusa Tenggara Timur berkabung. Mantan Gubernur NTT, Piet Alexander Tallo, S.H, Gubernur NTT periode 1998-2003, 2003-2008 meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu (25/4/2009) pukul 20.25 WIB.

Piet Tallo yang meninggal dunia dalam usia 67 tahun, menderita penyakit asma kronis hingga paru-parunya terganggu. Pada 22 September 2007, sebelum mengakhiri masa jabatan kedua, Piet Tallo jatuh sakit hingga dirawat di RS Dr. Soetomo Surabaya, setelah sebelumnya sempat dirawat di RS Tebet, Jakarta.

Piet Tallo, adalah bapak, panutan, figur dan tokoh yang tidak ada duanya. Dia benar-benar membius masyarakat NTT kala tampil sebagai pemimpin. Kharismanya yang sangat mendalam, membuat semua orang yang mengenalnya pasti hormat dan menyanjungnya. Dia tahu apa yang dia buat. Dia tidak pernah ragu kalau bertindak.

Bukti nyatanya adalah ketika dia masuk ke TTS sebagai bupati. TTS yang seolah-olah tenggelam dengan nama besar kabupaten lainnya di TTS sontak menjadi terkenal. Operasi Cinta Tanah Air yang dicanangkannya membuat TTS menjadi perhatian nasional. Pemerintah Pusat menurunkan tim untuk memantau langsung program yang menghebokan itu. Tapi Piet Tallo punya alasan, karena dia tahu apa yang dilakukan adalah demi TTS, tanah kelahirannya.

Tidak ada yang kebetulan di kolong langit ini. Pakailah kearifan lokal. Memanusiakan manusia, mengenal jati diri dan kata-kata lainnya adalah ciri khas Piet Tallo. Dia selalu menekankan hal-hal ini dalam petuah-petuahnya. Dia ingin memulai dari apa yang ada. Dia ingin masyarakat NTT mencintai daerahnya.

Bapak Olahraga

Di dunia olahraga Piet Tallo adalah seorang pengurus yang sangat aktif. Hingga meninggal dunia, Sabtu (25/4/2009) malam, Piet Tallo masih menjabat sebagai Ketua Umum KONI Propinsi NTT dan Ketua Pengprop PASI NTT. Dia juga pernah menjabat sebagai Ketua Komda PSSI NTT dan Ketua Komda Pordasi NTT.

Bersama para atlet, Piet Tallo sangat akrab. Dia sering memberikan motivasi yang mampu memberikan semangat juang tinggi bagi para atlet. Dari tangannya lahir atlet-atlet NTT yang memiliki reputasi dunia seperti Eduardus Nabunome, Anton Fallo, Tersiana Riwu Rohi, Oliva Sadi, Fery Subnafeu dan lainnya. Dia tidak hanya melahirkan atlet-atlet handal, namun juga pengurus-pengurus olahraga yang brilian. Sebut saja beberapa di antaranya adalah Ir. Esthon L Foenay, M.Si, Drs. Umbu Saga Anakaka, Eduard Setty, Ir. Andre Koreh, MT dan lainnya.

Kini, Piet Tallo telah berpulang. Yesus Kristus telah menyiapkan tempat baginya di Rumah Bapa. Amal dan perbuatannya adalah karya nyata yang tidak bisa dilupakan masyarakat olahraga NTT. Dialah bapak olahraga di NTT. Dia telah membuat bendera Flobamora berkibar dan berdiri sejajar dengan daerah lainnya di Indonesia.

"Meraih prestasi tinggi adalah impian semua atlet. Namun, prestasi itu harus diraih dengan menjunjung tinggi semangat sportovitas. NTT yang sudah miskin harta benda, jangan lagi dimiskinkan dengan persabahatan, persaudaraan dan kekeluargaan."

SELAMAT JALAN PAK PIET TALLO!

(eduard setty)




Data Diri
Nama: Piet Alexander Tallo, SH
Lahir: Tepas, TTS, 27 Mei 1942
Ayah/Ibu: Christian B Tallo dan Ny M Tallo Lodo.
Istri: Erny Christian
Anak: Christina S Tallo, John Christian Tallo dan HO Tallo
Sekolah: SR GMIT SoE (1955). SMP Negeri Kupang(1958). SMA Negeri Kupang (1970). Universitas Gajah Mada (UGM)
Organisasi: Anggota GMKI 1961 1970, anggota Golkar sejak 1970, anggota Law Asian Conference (LAC) 1979. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) sejak 2004, Sekretaris Dewan Pertimbangan Partai Golkar NTT antara 1994 1998 serta Ketua Dewan sesepuh SOSKI NTT dari 1990 sampai 1996. Dosen di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Kupang 1972 1983 dan menjadi Pembantu Dekan III FKKH Undana Kupang, 1972 1978. Ketua Komda PSSI NTT, Ketua Umum Pengprop PASI NTT.
Riwayat Jabatan: Bupati TTS 1983 1988, 1988-1993. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) NTT, 1995 1996. Wakil Gubernur NTT, 1997-1998. Gubernur NTT, 1998 2003, 2003-2008.
Penghargaan: Parasamya Purna Karya Nugraha dari Presiden Soeharto, 1989, Manggala Karya Kencana Kelas II dari Kepala BKKBN, Haryono Suyono pada tahun yang sama, Anugrah Korpri Abdi Negara dari Ketua Umum Korpri H Feisal Tamin pada 2000. Satya Lencana Karya Setia 20 30 tahun dari Presiden Megawati Soekarnoputri pada 28 Oktober 2002, penghargaan dari Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), tropi dari Paus Johannes Paulus II pada 1997 serta medali imamat 25 tahun Kepausan dari Paus Johannes Paulus II pada 2004. Selengkapnya...

Dinas PPO Akan Bentuk PPLD, PPLM

KEBERADAAN PPLP sebagai penghasil atlet-atlet potensial yang mampu mengukir prestasi dan mengharumkan nama daerah ini, tak perlu di ragukan lagi. Namun di balik keberhasilan tersebut, ada persoalan lain yang muncul terkait dengan prospek pembinaan atlet setelah tidak lagi menjadi atlet binaan PPLP.

Seperti diungkapkan Ary Moelyadi, PPLP telah banyak menelorkan atlet yang mampu menorehkan prestasi yang membanggakan. Namun ketika telah keluar dari PPLP karena telah menyelesaikan studinya, banyak diantara atlet tersebut yang perkembangannya tidak terpantau lagi, sehingg akhirnya potensi yang dimiliki atlet-atlet tersebut hilang dengan sendirinya.

Hal ini terjadi karena setelah keluar dari PPLP, tidak ada lagi wadah yang bisa menampung mereka untuk terus membina dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Beberapa atlet mantan binaan PPLP yang mengukir prestasi di beberapa kejuaraan, seperti Yanto, Fallo, Meri Paidjo, Robinson Djo dan beberapa atlet lainnya yang memiliki potensi untuk di bina lebih lanjut, sehingga kemampuan teknis, fisik dan mentalnya dapat terjaga, dimana mereka ini ditargetkan mampu mengukir prestasi di PON mendatang.

Untuk itu, pihaknya telah merancang program untuk membentuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan Daerah (PPLD), yang nantinya akan menampung para atlet yang telah selesai di PPLP untuk di bina lebih lanjut, sehingga kemampuan mereka terus terasah dan bisa mewakili NTT nantinya di berbagai even kejuaraan.

Sama seperti PPLP, PPLD ini juga nantinya akan membina atlet-atlet dari beberapa cabang olaharaga yang dinilai potensial. Dan PPLD ini bisa saja di bentuk di daerah Kabupaten/Kota untuk menampung para atlet yang bersal dari Kabupaten/Kota yang telah menyelesakan pendidikannya di PPLP, sehingga pembinaan para atlet potensial ini dapat berkelanjutan dan tidak terputus di tengah jalan.

Kendala utama pembentukan PPLD ini tentunya terletak pada masalah pembiayaan, dimana pihaknya akan mencoba mencari peluang yang bisa dimanfaatkan untuk pembiayan PPLP ini kedepan, melalui swadaya Bidang Olahraga agar program ini bisa berjalan.

Untuk itu sangat di harapkan dukungan dari Pemerintah daerah, dan juga pihak lainnya yang peduli terhadap perkembangan olahrga di NTT untuk ikut berpartisipasi demi kemajuan olahraga di daerah ini. (rony) Selengkapnya...

Maksimalkan Keberadaan PPLP

DINAS Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) NTT melalui bidang keolahragaan terus berupaya memaksimalkan keberadaan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) yang merupakan wadah pembinan atlet pelajar, yang muaranya tentu saja prestasi di Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/2012 Riau.

Keberadaan PPLP ini perlu terus di maksimalkan karena telah terbukti mampu menghasilkan atlet-atlet yang berprestasi baik di tingkat regional, nasional maupun International dalam beberapa tahun belakangan ini.

PPLP yang dibentuk sejak tahun 1989 di NTT, awalnya berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas, yang kemudian di lebur kedalam Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga, bertujuan untuk melakukan pembinaan terhadap atlet potensial sejak usia dini, terutama para pelajar sekolah yang memang memiliki bakat dan potensi yang perlu di asah, sehingga mampu berpretasi.

Sejak awal berdiri di NTT, PPLP telah membina atlet dari tiga cabang olahraga yang dinilai potensial, yaitu atletik, tinju dan pencak silat yang memang merupakan cabang prioritas di daerah ini. Dan pada awal berdirinya, jumlah atlet yang bergabung sebanyak 14 orang di cabang pencak silat.

Seiring dengan perkembangannya, sejak tahun 2003 sampai tahun 2007 lalu, setiap tahunnya PPLP membina 34 orang atlet pelajar dari tiga cabang tersebut. Dan sejak tahun 2008 sampai sekarang, terjadi penambahan pada cabang olahraga yaitu sepak Takraw, namun jumlah atlet yang di bina tetap berjumlah 34 orang untuk keempat cabang tersebut setiap tahunnya.

Kehadiran PPLP sebagai wahana untuk menggodok atlet-atlet potnsial ternyata cukup menjanjikan, dimana beberapa atlet NTT yang mampu mengukir prestasi baik tingkat regional, nasional bahkan internasional pernah di gembleng di PPLP ini. Sebut saja Oliva Sadi peraih medali emas Sea Games dan Asian games, serta Fery Subnafeu yang mampu merebut medali perak dan perunggu Sea games serta Karel Muskanan yang meraih perunggu Sea Games. Atau Deni Hitarihun yang mengukir prestasi Emas di PON Kaltim tahun 2008 lalu dan masih banyak lagi yang semuanya merupakan merupakan atlet yang pernah di gembleng di PPL P NTT.

Karena itu, tidaklah mengherankan jika Dinas PPO melalui Bidang keolahragaan terus berupaya memaksimalkan keberadaan PPLP ini, karena memang ternyata mampu melahirkan atlet-atlet potensial yang mampu mengukir prestasi yang membanggakan daerah ini.

Upaya memaksimalkan keberadaan PPLP ini, seperti di kemukakan oleh Kabid keolahragaan Dinas PPO NTT, Ary Moelyadi dilakukan dengan melakukan pembenahan, mulai dari sarana prasarana, pola pembinaan hingga manajemen pengelolaan, sehingga PPLP betul – betul mampu menjadi wadah penghasil atlet bereprestasi, tidak saja di bidang olahraga yang di tekuni atlet, tetapi juga di bidang akademik.

Dalam hal perekrutan atlet untuk bergabung dalam PPLP ini jelasnya, proses seleksi yang dilakukan secara terbuka untuk umum bagi seluruh calon atlet masa depan NTT. "Karena itu, kami sangat mengharapkan agar pemerintah kabupaten/kota mau memfasilitasi atletnya untuk mengikuti seleksi ini dengan beberapa syarat yang ada," kata Moelyadi.

Persyaratan yang dimaksudkan, kata Moelyadi, harus siswa yang berpotensi untuk dikembangkan meraih prestasi olahraga dan prestasi akademik ke depan, memiliki usia maksimal 15 tahun (kelas 1 SLTA), memiliki postur tubuh yang ideal, memiliki komponen biometrik/kebugaran yang baik, ketrampilan cabang olahraga dan kriteria teknis lainnya. Kriteria teknis itu seperti harus berstatus pelajar yang dibuktikan dengan foto copy ijasah, raport, akte kelahiran atau surat permandian, surat keterangan kesehatan, tinggi badan minimal putra 160cm dan putri 150cm. Selain itu, lanjutnya, setiap peserta seleksi harus memiliki nilai raport dengan rata-rata minimal enam, memiliki minat dan bakat dalam cabang olahraga yang akan diikuti dengan yang dibuktikan dengan lamanya mengikuti latihan serta prestasi yang pernah dicapai. "Para peserta juga harus memiliki atropometri yang baik, seperti berat badan, tinggi badan serta proporsional tubuh," pungkasnya.

Setelah dinyatakan lolos seleksi untuk bergabung di PPL keberadaan para atlet tersebut akan terus di pantau dan dua atau tiga bulan sekali akan dilakukan evaluasi menyangkut perkembangan atlet tersebut untuk melihat apakah selama di PPLP, atlet tersebut mampu berprestasi, baik di bidang olahraga, fisik maupun akademik.

“Jika berprestasi, maka atlet tersebut akan tetap di pertahankan di PPLP, jika tidak , maka akan diganti dengan atlet lainnya, karena dalam perekrutan atlet ini kita menggunakan sistem degradasi, sehingga pembinaan atlet tidak asal-asalan” terangnya lagi.

Masih menurut Moelyadi, untuk mengasah kemampun bertanding para atlet binaan PPLP, mereka akan diikutikan dalam even kejurnas PPLP yang telah menjadi program dari Bidang keolahragaan yang didanai dari APBN Kementrian pemuda dan Olahraga, diantaranya mengikuti/mengirim atlet pada kejurnas antar PPLP cabang Atletik pada bulan Juni 2009 ini di Jakarta, Mengikuti kejurnas antar PPLP cabang pencak silat di Jakarta pada bulan Juni 2009 serta mengikuti kejurnas antar PPLP cabang sepak Takraw di Bangka Belitung pada bulan Juli 2009.

“sedangkan untuk cabang tinju, atlet PPLP NTT nantinya akan diterjunkan dalam Kejurnas tinju antar PPLP, dimana Kota Kupang akan menjadi tuan rumah pada bulan Juni nanti,” ungkapnya.

Ajang kejurnas ini sekaligus menjadi ajang mengevaluasi pembinan atlet di PPLP untuk setiap cabang olahraga. Dan diharapkannya, dengan mengikuti even kejurnas antar PPLP ini dan juga beberapa even lainnya, kemampuan para atlet PPLP semakin terasah dan pada gilirannya mampu mencapai puncaknya pada PON 2012 mendatang di Riau.

Keberhasilan atlet PPLP juga tidak terlepas dari keberadaan para pelatih yang ditujuk menangani atlet PPLP yang telah memiliki sertifikat kepelatihan, antara lain Hermensen Ballo dan John Banabera untuk cabang tinju, Frans Sales dan Yulius Lonakoni untuk cabang atletik, Muhammad Badu dan Ferdinan Lani di cabang Atletik serta Edu Penuwewo dan Eryk Laylena yang menangani sepak Takraw.

Pembenahan sarana dan prasarna juga perlu di lakukan, sehingga bisa memberikan kenyamanan bagi para atlet, sehingga bisa lebih giat berlatih terutama fasilitas latihan agar pembinaan atlet lebih terfokus . Selain itu, asrama yang dimiliki oleh PPLP NTT saat ini belum mampu menampung seluruh atlet yang ada.

“Saat ini baru atlet pencaksilat, tinju dan atletik yang tinggal di Asrama PPLP, sedangkan sepak Takraw belum, karena kurangnya fasilitas asrama bagi para atlet,” tambahanya.(rony) Selengkapnya...