Moto

Minggu, 24 Mei 2009

Selamat Jalan Piet A Tallo, S.H

SEBANYAK 4,4 juta penduduk Nusa Tenggara Timur berkabung. Mantan Gubernur NTT, Piet Alexander Tallo, S.H, Gubernur NTT periode 1998-2003, 2003-2008 meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu (25/4/2009) pukul 20.25 WIB.

Piet Tallo yang meninggal dunia dalam usia 67 tahun, menderita penyakit asma kronis hingga paru-parunya terganggu. Pada 22 September 2007, sebelum mengakhiri masa jabatan kedua, Piet Tallo jatuh sakit hingga dirawat di RS Dr. Soetomo Surabaya, setelah sebelumnya sempat dirawat di RS Tebet, Jakarta.

Piet Tallo, adalah bapak, panutan, figur dan tokoh yang tidak ada duanya. Dia benar-benar membius masyarakat NTT kala tampil sebagai pemimpin. Kharismanya yang sangat mendalam, membuat semua orang yang mengenalnya pasti hormat dan menyanjungnya. Dia tahu apa yang dia buat. Dia tidak pernah ragu kalau bertindak.

Bukti nyatanya adalah ketika dia masuk ke TTS sebagai bupati. TTS yang seolah-olah tenggelam dengan nama besar kabupaten lainnya di TTS sontak menjadi terkenal. Operasi Cinta Tanah Air yang dicanangkannya membuat TTS menjadi perhatian nasional. Pemerintah Pusat menurunkan tim untuk memantau langsung program yang menghebokan itu. Tapi Piet Tallo punya alasan, karena dia tahu apa yang dilakukan adalah demi TTS, tanah kelahirannya.

Tidak ada yang kebetulan di kolong langit ini. Pakailah kearifan lokal. Memanusiakan manusia, mengenal jati diri dan kata-kata lainnya adalah ciri khas Piet Tallo. Dia selalu menekankan hal-hal ini dalam petuah-petuahnya. Dia ingin memulai dari apa yang ada. Dia ingin masyarakat NTT mencintai daerahnya.

Bapak Olahraga

Di dunia olahraga Piet Tallo adalah seorang pengurus yang sangat aktif. Hingga meninggal dunia, Sabtu (25/4/2009) malam, Piet Tallo masih menjabat sebagai Ketua Umum KONI Propinsi NTT dan Ketua Pengprop PASI NTT. Dia juga pernah menjabat sebagai Ketua Komda PSSI NTT dan Ketua Komda Pordasi NTT.

Bersama para atlet, Piet Tallo sangat akrab. Dia sering memberikan motivasi yang mampu memberikan semangat juang tinggi bagi para atlet. Dari tangannya lahir atlet-atlet NTT yang memiliki reputasi dunia seperti Eduardus Nabunome, Anton Fallo, Tersiana Riwu Rohi, Oliva Sadi, Fery Subnafeu dan lainnya. Dia tidak hanya melahirkan atlet-atlet handal, namun juga pengurus-pengurus olahraga yang brilian. Sebut saja beberapa di antaranya adalah Ir. Esthon L Foenay, M.Si, Drs. Umbu Saga Anakaka, Eduard Setty, Ir. Andre Koreh, MT dan lainnya.

Kini, Piet Tallo telah berpulang. Yesus Kristus telah menyiapkan tempat baginya di Rumah Bapa. Amal dan perbuatannya adalah karya nyata yang tidak bisa dilupakan masyarakat olahraga NTT. Dialah bapak olahraga di NTT. Dia telah membuat bendera Flobamora berkibar dan berdiri sejajar dengan daerah lainnya di Indonesia.

"Meraih prestasi tinggi adalah impian semua atlet. Namun, prestasi itu harus diraih dengan menjunjung tinggi semangat sportovitas. NTT yang sudah miskin harta benda, jangan lagi dimiskinkan dengan persabahatan, persaudaraan dan kekeluargaan."

SELAMAT JALAN PAK PIET TALLO!

(eduard setty)




Data Diri
Nama: Piet Alexander Tallo, SH
Lahir: Tepas, TTS, 27 Mei 1942
Ayah/Ibu: Christian B Tallo dan Ny M Tallo Lodo.
Istri: Erny Christian
Anak: Christina S Tallo, John Christian Tallo dan HO Tallo
Sekolah: SR GMIT SoE (1955). SMP Negeri Kupang(1958). SMA Negeri Kupang (1970). Universitas Gajah Mada (UGM)
Organisasi: Anggota GMKI 1961 1970, anggota Golkar sejak 1970, anggota Law Asian Conference (LAC) 1979. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) sejak 2004, Sekretaris Dewan Pertimbangan Partai Golkar NTT antara 1994 1998 serta Ketua Dewan sesepuh SOSKI NTT dari 1990 sampai 1996. Dosen di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Kupang 1972 1983 dan menjadi Pembantu Dekan III FKKH Undana Kupang, 1972 1978. Ketua Komda PSSI NTT, Ketua Umum Pengprop PASI NTT.
Riwayat Jabatan: Bupati TTS 1983 1988, 1988-1993. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) NTT, 1995 1996. Wakil Gubernur NTT, 1997-1998. Gubernur NTT, 1998 2003, 2003-2008.
Penghargaan: Parasamya Purna Karya Nugraha dari Presiden Soeharto, 1989, Manggala Karya Kencana Kelas II dari Kepala BKKBN, Haryono Suyono pada tahun yang sama, Anugrah Korpri Abdi Negara dari Ketua Umum Korpri H Feisal Tamin pada 2000. Satya Lencana Karya Setia 20 30 tahun dari Presiden Megawati Soekarnoputri pada 28 Oktober 2002, penghargaan dari Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), tropi dari Paus Johannes Paulus II pada 1997 serta medali imamat 25 tahun Kepausan dari Paus Johannes Paulus II pada 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar